Hewan Endemik Rusa Bawean dari Indonesia
Hewan endemik rusa bawaen (Dok Suara.com) |
Pemberian nama endemik pada suatu hewan yang hidup di wilayah tertentu menandakan populasi dan cara berkembangbiak makhluk tersebut hanya ada pada wilayah tertentu saja. Hewan endemik tidak dapat ditemukan di wilayah lain karena faktor mempengaruhi mereka bertumbuh dan menyesuaikan diri.
Rusa bawean (Axis kuhlii) adalah salah satu contoh dari beberapa hewan endemik di Indonesia. Habitat rusa yang semakin sedikit ini di alam bebas masuk klasifikasi "terancam punah" oleh IUCN.
International Union for Conservation of Nature and Natural Resources disingkat IUCN atau dalam bahasa Indonesia sebagai Uni Internasional untuk Konservasi Alam dibentuk menjadi lembaga internasional beranggotakan 78 negara dan badan pemerintahan bersama organisasi dunia lain.
Populasi rusa bawaen yang berada di Pulau Bawaen di Laut Jawa, Jawa Timur, Indonesia diperkirakan berkisar 300 ekor di alam bebas.
Mengenal kehidupan rusa bawaen
Sebagai hewan endemik yang bisa ditemukan di Pulau Bawaen, Kabupaten Gresik, Indonesia. Rusa Bawaen berada sebagai satwa asli Indonesia ke 3 dari spesies rusa lain. Rusa berasal dari Indonesia lainnya adalah Rusa Timor (Cervus timorensis), rusa sambar (Cervus unicolor) dan rusa kijang (Muntiacus muntjak).
Spesies rusa bawaen memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibanding rusa asli Indonesia yang lain. Ketinggian bobot mereka sekitar 60-70 cm dan panjang dimensi 105-115 cm juga memiliki bentuk ekor yang unik.
Ekor rusa bawaen bisa mencapai panjang hingga 20 cm dengan berat badan cukup berbeda pada masing-masing jenis mereka.
Jika hewan endemik rusa bawaen betina sekitar 15-25 kg, berat rusa bawaen jantan bisa mencapai 50-60 kg.
Ciri hewan endemik rusa bawaen
- dimensi tubuh, tinggi sekitar 60-70 cm, panjang sekitar 105-115cm, berat badan 15-60 kg
- memiliki lapisan bulu warna cokelat dengan ciri khas pada leher dan mata berwarna cerah
- memiliki tanduk bercabang hingga 25-47 cm
- tanduk rusa bawaen mulai tumbuh setelah mereka di usia 8 bulan lebih dan mencapai pertumbuhan maksimal bulan ke 30 bulan sejak kelahiran
- tanduk rusa bawaen bisa lepas secara alamiah dan bertumbuh kembali
- rusa bawaen jantan memakai komunikasi untuk rusa bawaen betina menggunakan tanduk saat musim panas
- rusa bawaen terkenal hewan yang mampu berlari sangat cepat karena postur tubuh mereka didukung otot yang kuat dan elastis
- hewan endemik ini dikenal sebagai satwa pintar dan cerdas
Aktivitas rusa bawaen
Penakaran rusa bawaen, Dok disparbud.gresikkab.go.id |
Perbedaan rusa bawaen dengan spesies rusa lainnya adalah cara mereka mencari makanan untuk berkembang biak dan bertahan hidup di lingkungan bebas.
Rusa Bawaen sebagai makhluk nokturnal menandakan cara mereka mencari makan dilakukan saat hari sudah gelap atau memasuki malam hari.
Aktivitas mereka saat lingkungan masih terang mencari sekumpulan semak, padang dan hutan untuk beristirahat.
Hewan endemik rusa bawaen selalu bersikap waspada dengan makhluk lain. Oleh karena itulah mereka memilih menghindari kontak langsung dengan makhluk asing.
Aktivitas mereka yang mencari makanan seperti rumput, daun, tumbuhan hingga buah-buah, rusa bawaen bisa hidup mandiri dan berkelompok dalam spesies yang sama.
Perbedaan habitat rusa bawaen di alam bebas dengan penakaran
Sebagai hewan yang mewariskan genetik kehidupan di alam bebas, rusa bawaen diperkirakan bisa mencapai umur hingga 40 tahun lamanya. Sementara spesies rusa bawaen yang hidup di lokasi perlindungan secara khusus, diperkirakan hanya mencapai usia 12 tahun.
Upaya pemerintah melestarikan hewan endemik
Melestarikan hewan endemik Dok beritabawean.com |
Hewan endemik rusa bawaen asal Indonesia termasuk spesies rusa yang makin sedikit populasinya di alam bebas. Selain diklasifikasikan oleh IUCN dalam kategori hewan terancam punah, pemerintah juga memberi perlindungan menjaga jumlah populasi mereka di alam bebas.
Beberapa tindakan yang dilakukan untuk menjaga spesies hewan endemik rusa bawaen, diantaranya tahun 2020 Pulau Bawaen dijadikan tempat penakaran Rusa Bawaen dan berada dalam hutan konservasi.
Penguatan dukungan pemerintah terhadap populasi hewan yang langka tersebut, yakni dikeluarkan Peraturan Indonesia dalam SK Menttan No.421/Kpts/Um/9/1970 dan PP No. 7 Tahun 1999.
Kesimpulan
Menjaga keseimbangan populasi makhluk hidup yang berkembangbiak di bumi merupakan tanggung jawab seluruh elemen masyarakat.
Timbulnya keserakahan manusia melakukan eksplorasi alam secara berlebihan dan tidak bertanggung jawab untuk melestarikan membuat masalah baru timbul.
Beberapa masalah yang timbul dari kegiatan eksplorasi alam seperti penyakit baru yang memicu pandemi yang berasal dari hewan.
Kegiatan lain yang sering dilakukan manusia seperti menebang hutan secara tidak langsung mempengaruhi populasi satwa liar yang menyebabkan mereka memasuki lingkungan manusia.
Tidak ada komentar